Sabtu, 16 November 2013

Tulisan Story Mahatma Gandhi

Sosok Gandhi
Semua dunia mengenalnya, Mahatma Gandhi, lewat 4 prinsip perdamaiannya. Yakni Bramkhacharya (mengendalikan hasrat seksual), Satyagraha (kekuatan kebenaran dan cinta), Swadeshi (memenuhi kebutuhan sendiri) dan Ahimsa (tanpa kekerasan terhadap semua makhluk).
Gandhi yang lahir pada 2 Oktober 1869 ini merupakan putra seorang pejabat pemerintah India. Sejak kecil, Gandhi telah menerima ajaran perdamaian anti-kekerasan dari ibunya. Ajaran pertama yang didapat Gandhi adalah ajaran Jainisme -- agama di India yang menjunjung tinggi moral dan antikekerasan.
Meski semasa sekolah bukanlah murid yang menonjol, Gandhi mendapat kesempatan untuk belajar ilmu hukum di Inggris pada 1888.
Sekembalinya ke India, Gandhi remaja sempat menganggur. Tak lama, ia menjadi pekerja kontrak 1 tahun di Afrika Selatan.
Sejak saat itu, di Afrika Selatan, Gandhi mulai unjuk gigi, berkarya, menyebarkan perdamaian dan memperjuangkan nasib etnis India. Kemudian pada 1914, Gandhi kembali ke India dan mendukung Inggris dalam Perang Dunia I.
Namun pada 1919, Gandhi berubah haluan dan memperkenalkan ajaran 'satyagraha' untuk memprotes draf wajib militer terhadap India.
Ketika itu, ratusan ribu orang mendukung ajarannya. Hingga pada akhirnya, pada 1920, pria yang dijuluki 'The Father of the Indian Nation' itu menjadi pemimpin gerakan kemerdekaan India.
Lewat 4 prinsip perdamaiannya, Gandhi berhasil menjadi inspirasi dunia. Metode persuasif Gandhi bahkan mengilhami para pemimpin pergerakan hak-hak sipil di seluruh dunia, termasuk mendiang Martin Luther King Jr di Amerika Serikat.
Sosok Gandhi juga menjadi panutan hidup bagi seorang warga India. Mahesh Chaturvedi namanya. Pria yang tinggal di New Delhi, India, mengaku dirinya sebagai titisan Mahatma Gandhi.
Dalam menjalani kehidupan sehari-hari, Chaturvedi berpenampilan persis seperti Gandhi, berambut botak, berkacamata, dan mengenakan jubah putih layaknya pakaian khas orang India.
Lelang
Pada 2 April 2012, sejumlah barang-barang pribadi milik Mahatma Gandhi dilelang. Di antaranya kacamata otentik, buku doa miliknya yang berbahasa Gudjerati, serta yang paling unik adalah tanah bekas ia terbaring tewas saat terbunuh.
Selain itu, sejumlah surat tulisan tangan Gandhi yang berisi uraian filsafatnya juga masuk ke daftar pelelangan. Beberapa suratnya itu berisikan tanda-tangan langka Gandhi yang bertuliskan Bapu. Item lainnya termasuk Gandhi Chukra -- jenis peralatan menjahit -- yang ia bawa ketika berkunjung ke London untuk Konferensi Meja Bundar kedua, 1931.
Barang-barang tersebut mulai dikumpulkan oleh pengamat bernama PP Nambiar, beberapa saat setelah Gandhi tutup usia. (Riz)

Sejarah Pembunuhan
Kala itu, 65 tahun lalu, acara doa bersama di New Delhi berujung duka. Mahatma Gandhi ditembak dari jarak dekat saat berjalan menuju panggung di tengah-tengah keramaian warga India yang menantinya untuk memimpin doa.
Pelakunya adalah Nathuram Godse, simpatisan kelompok ekstrem Hindu Mahasabha. Godse melancarkan pembunuhan tersebut karena tidak setuju dengan sikap moderat Gandhi, seperti memperjuangkan doktrin anti-kekerasan dan mendukung berpisahnya Pakistan dari India.
Godse bersama rekan-rekan persengkokolannya kemudian diadili, hingga pada akhirnya dihukum mati pada 1949.
Dalam buku 'The Men Who Killed Gandhi', diceritakan kisah pembunuhan Gandhi mulai dari rencana, kepentingan politik di sekitar dan pengadilan yang menjerat pembunuh Gandhi, yakni Nathuram Godse serta rekan-rekannya: Narayan Apte, Vishnu Karkare, Gopal Godse dan Madanlal Pahwa.
Buku tersebut menyoroti alasan mengapa Mahatma Gandhi dibunuh dan bagaimana 5 orang tersebut datang bersama-sama dan merencanakan pembunuhan itu. Penulisnya adalah Malgonkar yang tinggal di New Delhi, tak jauh dari Birla House, tempat Gandhi tewas.
Ketika peristiwa ini terjadi, Malgonkar memiliki akses ke beberapa anggota keluarga dari para konspirator. Alhasil, ia bisa menyaksikan foto-foto penting dan dokumen yang berkaitan dengan pembunuhan menggemparkan itu. Hingga tercipta masterpiece buku 'The Men Who Killed Gandhi'.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar