Rabu, 27 November 2013

Tulisan Depresi bisa menular

Sebuah studi terbaru yang meneliti pasangan teman sekamar di perguruan tinggi menunjukkan bahwa gaya berpikir tertentu yang membuat seseorang rentan terhadap depresi benar-benar dapat "menular" pada orang lain, serta dapat meningkatkan gejala depresi enam bulan kemudian.
Penelitian ini dilakukan oleh ilmuwan psikologis Gerald Haeffel dan Jennifer Hames dari University of Notre Dame, yang diterbitkan dalam Clinical Psychological Science, sebuah jurnal yang diterbitkan oleh the Association for Psychological Science.
Studi tersebut menunjukkan bahwa orang yang merespon negatif terhadap peristiwa yang menyebabkan stress, menginterpretasikan peristiwa tersebut sebagai akibat dari ulah mereka sendiri dan tidak dapat diubah, serta menganggapnya sebagai refleksi dari kekurangan mereka sendiri, akan lebih rentan terhadap depresi. "Kerentanan kognitif" tersebut adalah faktor risiko potensial depresi, yang dapat digunakan untuk memprediksi apakah individu cenderung mengalami episode depresi di masa depan, walaupun mereka tidak pernah mengalami episode depresi sebelumnya.
Perbedaan individual dalam kerentanan kognitif ini dimulai pada awal masa remaja dan tetap stabil hingga masa dewasa, akan tetapi Haeffel dan Hames memperkirakan bahwa mungkin kerentanan ini masih bisa diubah dalam keadaan tertentu.
Para peneliti berhipotesis bahwa kerentanan kognitif mungkin "menular" selama transisi besar dalam hidup, khususnya ketika lingkungan sosial kita sedang dalam perubahan. Mereka menguji hipotesisnya menggunakan data dari 103 pasang teman sekamar yang dipilih secara acak, dan semuanya baru saja mulai kuliah sebagai mahasiswa baru.
Dalam waktu satu bulan setelah tiba di kampus, para responden tersebut diminta menyelesaikan kuesioner online yang berisi ukuran kerentanan kognitif dan gejala depresi. Mereka juga menyelesaikan pengukuran yang sama pada 3 bulan dan 6 bulan kemudian dan diminta mengisi kuesioner mengenai peristiwa yang penuh stres pada dua titik waktu.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa mahasiswa yang secara acak mendapatkan teman sekamar dengan tingkat kerentanan kognitif yang tinggi kemungkinan besar akan "menangkap" gaya kognitif teman sekamarnya dan menderita tingkat kerentanan kognitif yang lebih tinggi, dan mereka yang mempunyai teman sekamar yang memiliki tingkat kerentanan kognitif awal yang rendah, merekapun mengalami tingkat kerentanan kognitif yang rendah pula. Efek penularan tampak jelas, baik pada penilaian 3 bulan maupun penilaian 6 bulan.
Yang paling penting, perubahan dalam kerentanan kognitif mempengaruhi risiko untuk mengalami gejala depresi di masa depan: mahasiswa yang menunjukkan peningkatan kerentanan kognitif pada 3 bulan pertama kuliah hampir dua kali lipat mengalami gejala depresi pada 6 bulan selanjutnya dibandingkan dengan mereka yang tidak menunjukkan peningkatan serupa.
Temuan ini memberikan bukti mengejutkan untuk efek penularan pada penyakit psikologis, membenarkan hipotesis awal para peneliti. Berdasarkan temuan ini, Haeffel dan Hames berpendapat bahwa efek penularan tersebut mungkin dapat dimanfaatkan untuk membantu mengobati gejala depresi:
"Temuan ini menunjukkan bahwa dimungkinkan untuk menggunakan lingkungan sosial individu sebagai bagian dari proses intervensi, baik sebagai suplemen untuk intervensi kognitif yang ada atau mungkin sebagai intervensi yang berdiri sendiri," tulis mereka. "Bersahabat dengan orang yang menunjukkan gaya kognitif adaptif akan dapat membantu memfasilitasi perubahan kognitif dalam terapi.
Menurut para peneliti, hasil penelitian ini menunjukkan bahwa mungkin sudah saatnya untuk mempertimbangkan kembali bagaimana kita berpikir tentang kerentanan kognitif.
"Penelitian kami membuktikan bahwa kerentanan kognitif memiliki potensi untuk pasang surut dari waktu ke waktu tergantung pada konteks sosial," kata Haeffel dan Hames. "Ini berarti bahwa kerentanan kognitif harus dianggap sebagai sesuatu yang elastis ketimbang sesuatu yang kaku dan tak berubah."
Sumber: Clinical Psychological Science

Tidak ada komentar:

Posting Komentar