Ternyata komik
memiliki definisi yang beragam. Will Eisner, komikus senior yang dianggap
sebagai Bapak Buku Komik di Amerika, menyebut komik sebagai tatanan gambar dan
kumpulan kata yang berurutan. Lain pula yang dikatakan oleh Scott McCloud,
komikus terkenal dan penulis buku tentang dunia komik. Menurut McCloud, komik
adalah gambar yang menyampaikan informasi atau menghasilkan respons estetik
bagi orang yang melihatnya. Sementara menurut R.A. Kosasih, Bapak Komik
Indonesia, komik adalah media atau alat untuk bercerita. Entah mana yang benar
dari tiga pernyataan tadi. Yang jelas, definisi tentang komik hingga kini masih
menyisakan tanda tanya, sama dengan pertanyaan tentang kapan sebenarnya komik
pertama di dunia muncul.
Bila komik
didefinisikan sebagai rangkaian gambar yang berurutan, berarti komik telah
menjadi bagian dari budaya manusia di seluruh dunia sejak zaman dahulu, bahkan
sebelum manusia mengenal tulisan. Di Prancis Selatan, misalnya, para arkeolog
menemukan gambar-gambar berwarna pada dinding Goa Lascaux yang diperkirakan
sudah ada kurang lebih sejak 17.000 tahun lalu. Gambar hewan seperti bison,
banteng, dan kerbau yang ada di dinding goa itu diduga menjadi media komunikasi
bagi masyarakat yang hidup pada masa tersebut dan dianggap sebagai “komik”
paling kuno di dunia.
Ada pula lukisan pada
dinding piramida di Mesir yang diperkirakan dibuat pada tahun 1300 SM. Gambar
yang melekat pada makam raja-raja Mesir tersebut menjadi bukti bahwa pada masa
itu manusia sudah mengenal cara berkomunikasi nonverbal. Sama halnya dengan
gambar berupa beberapa sosok manusia tengah menggiring kuda yang tertera pada
guci klasik buatan Ergotimos dan Kleitias dari Yunani yang kira-kira dibuat
pada 579 SM.
Gambar pada sebuah tembikar tahun 579 SM (Foto diambil dari www.mlahanas.de)
Di Prancis, para
peneliti purbakala menemukan permadani sepanjang 76 meter yang menggambarkan
rangkaian kronologis tentang peristiwa penaklukan pasukan Norman atas Inggris
yang berawal pada tahun 1066 M. Jadi,
kapan tetapnya komik muncul di dunia tidak bisa disebutkan dengan pasti.
Sulitnya Menentukan
Komik Pertama di Dunia
Menurut Roger Sabin,
penulis dunia komik yang juga pengajar di sebuah universitas ternama di
Inggris, komik cetak pertama yang pernah ada adalah komik yang berjudul “A True
Narrative of the Horrid Hellish Popish Plot” karya Francis Barlow yang dibuat
pada tahun 1682 .
Tapi pernyataan Sabin
tadi dibantah oleh Eddie Campbell, seorang komikus dan kartunis asal
Skotlandia. Menurut Campbell, hasil karya Francis Barlow itu adalah gambar
kartun, sama halnya dengan komik karya Rowlandson tahun 1782 yang membuat
kartun bertema politik dan ditambah narasi. Karya para kartunis itu lebih tepat
disebut sebagai gambar yang dinarasikan.
Lalu, di Eropa, pada tahun 1873, seorang komikus berkebangsaan Swiss, Rudolphe
Topffer, menyelesaikan pembuatan komiknya yang berjudul “The Adventures of
Obadiah Oldbuck. Ia lalu mengklaim komik itu sebagai komik pertama di Eropa,
bahkan dunia.
Tapi, Pada tahun 1884,
sebuah komik karya Ally Sloper berjudul “Half Holiday” dipublikasikan dan
dianggap sebagai komik strip majalah yang paling pertama di dunia. Selanjutnya,
pada tahun 1895 lahir terobosan baru di dunia komik, yakni munculnya komik
berseri dengan tokoh tetap. Dibuat oleh R.F. Outcault, komik yang berjudul
“Hogan`s Alley” itu menjadi sangat populer sehingga meningkatkan pendapatan
bagi pemilik koran yang memuatnya. Bahkan “Hogan`s Alley” digadang-gadangkan
menjadi penanda awal bangkitnya komik di Amerika.
Satu tahun kemudian,
pada tahun 1896, Richard Felton Outcault meluncurkan buku yang kemudian
dianggap sebagai buku komik pertama di dunia. Dalam buku berjudul “The Yellow
Kid” itu, Outcault menerapkan inovasi baru yang belum pernah dilakukan oleh
komikus pada zaman itu. “The Yellow Kid” kemudian dianggap sebagai titik tolak
komik modern dunia, yang kemudian diikuti oleh masa keemasan komik pada tahun
1930-an. Pada masa itu, bermunculanlah karakter komik yang kemudian menjadi
legenda sampai sekarang, seperti Flash Gordon, Dick Tracy, Tarzan, Superman,
hingga Batman dan Captain Marvel.
Setelah itu, semangat
membuat komik pun makin menjalar di mana-mana. Para komikus menciptakan
berbagai tokoh cerita yang kemudian menjadi populer hingga ke seluruh dunia.
Sebut saja tokoh superhero Superman yang muncul pertama kali pada tahun 1938.
Sementara itu, di
Eropa, pada tahun 1929 muncul sebuah karya komik popular berjudul “Tintin” yang
dikarang oleh Herge, seorang seniman dan komikus berkebangsaan Belgia. “Tintin”
yang memiliki genre drama petualangan itu mampu mendominasi pasar hingga tahun
1970-an. Selain “Tintin”, komik Eropa lainnya yang juga terkenal adalah
“Asterix” karya Uderzo.
Pada tahun 1930, dunia
komik Amerika yang didominasi genre kepahlawanan dimulai dengan munculnya komik
Superman. Komik yang berkisah tentang superhero itu ternyata sangat diminati
oleh pasar, sehingga bermunculanlah komik-komik lain dengan tema yang serupa
seperti Batman, Spiderman, dan lain sebagainya.
Sementara itu, di
Asia, komik mulai marak setelah perang dunia kedua. Dunia komik Asia diwakili
oleh Jepang, produsen komik terbesar di kawasan Asia. Osamu Tezuka dianggap
sebagai pelopor komik Jepang yang terkenal karena karyanya, “New Treasure
Island” dan “Shintakarajima”. Di Jepang, perkembangan komik sangatlah cepat dan
kondusif karena ditunjang oleh pengadaan buku kompilasi yang didukung para
komikus muda dan tua.
Performa Komikus
Indonesia
Di Indonesia, cikal
bakal komik banyak dipengaruhi oleh agama Buddha, Hindu, dan Islam. Salah satu
indikatornya bisa ditemukan di dalam Goa Leang-leng di Sulawesi Selatan. Di
sana terdapat gambar babi hutan yang bisa mengindikasikan tentang adanya pola
komunikasi melalui gambar bagi masyarakat pada waktu itu. Pada candi Borobudur
dan Prambanan juga terdapat relief yang menceritakan kehidupan spiritual serta
kebudayaan masyarakat kita pada abad pertengahan. Penampakan gambar pada
candi-candi tadi juga bisa dijadikan sebagai referensi timbulnya komik
indonesia.
Cerita bergambar pertama kali terbit di Indonesia sejalan dengan munculnya media massa berbahasa Melayu Cina di masa pendudukan Belanda. Cerita bergambar berjudul “Put On” karya Kho Wan Gie di tahun 1930 pada harian “Sin Po” adalah salah satu komik pertama di Indonesia dan menjadi pelopor komik-komik humor di negeri ini. "Put On" bercerita tentang seorang pria gendut dari kelas menengah yang tinggal bersama ibu dan dua adiknya. “Put on” adalah jenis cerita bergambar kartun dan bercorak humor yang sangat populer pada masa itu.
Cerita bergambar pertama kali terbit di Indonesia sejalan dengan munculnya media massa berbahasa Melayu Cina di masa pendudukan Belanda. Cerita bergambar berjudul “Put On” karya Kho Wan Gie di tahun 1930 pada harian “Sin Po” adalah salah satu komik pertama di Indonesia dan menjadi pelopor komik-komik humor di negeri ini. "Put On" bercerita tentang seorang pria gendut dari kelas menengah yang tinggal bersama ibu dan dua adiknya. “Put on” adalah jenis cerita bergambar kartun dan bercorak humor yang sangat populer pada masa itu.
Bagi para komikus
Indonesia, cerita bergambar yang bercorak realistis baru dimulai seiring dengan
munculnya komik berjudul “Mentjari Poetri Hidjau” karya Nasoen As pada tahun
1939. Cerita bergambar itu dimuat di majalah Ratoe Timore pada 1 Februari 1939.
“Mentjari Poetri Hidjau” adalah kisah fantasi yang digali dari cerita rakyat
Sumatera. Dari segi kisahan, boleh dibilang inilah komik pertama Indonesia yang
formatnya sudah lengkap sebagai komik modern. Jika “Put On” adalah komik
berkategori strip (ceritanya sepotong-sepotong), komik “Mentjari Poetri Hidjau”
waktu itu sudah bisa dibukukan.
Cover komik Sri Asih (diambil dari id.wikipedia.org)
Pada tahun 1953, komik
Indonesia memasuki awal masa keemasan dengan terbitnya komik berjudul “Sri
Asih” karangan R.A. Kosasih dan komik “Nina Putri Rimba” karya Johnlo yang
muncul secara bersamaan. Sri Asih adalah tokoh superhero yang diadopsi dari
komik “Wonder Woman”. Sedangkan Nina adalah tokoh semacam Tarzan perempuan.
Komik “Sri Asih” sering dianggap sebagai tonggak awal perkembangan komik
berbentuk buku di Indonesia, sehingga R.A. Kosasih didapuk sebagai “Bapak Komik
Indonesia”. Nama R.A. Kosasih pun semakin bersinar setelah ia dianggap sebagai
komikus yang berhasil membawa epik Mahabharata dari wayang ke dalam media buku
komik.
Sejarah Komik
Indonesia mengalami masa berliku saat memasuki tahun 1963-1965. Saat itu, komik
Indonesia lebih banyak membawa pesan-pesan propaganda politik Orde Lama. Isi
komik pada waktu itu banyak bercerita tentang perjuangan melawan
neokolonialisme, pemberontakan, dan ideologi. Sementara pada akhir 1965, saat
keadaan negara stabil, komik populer tidak lagi bercerita seperti yang
dituliskan sebelumnya, tetapi berkisah tentang roman remaja yang menyorot kisah
remaja metropolitan.
Masa keemasan dan kebangkitan kedua komik Indonesia berlangsung pada tahun
1980. Hal itu ditandai dengan banyaknya
ragam dan judul komik yang muncul. Komik yang populer pada waktu itu adalah
komik bertema petualangan pendekar-pendekar silat dan superhero, misalnya Si
Buta dari Gua Hantu, Siluman serigala Putih, Tuan Tanah Kedaung, Si Djampang,
Panji Tengkorak, Godam, Gundala, dan lain-lain.
Cover komik si Buta Dari Gua Hantu (foto diambil dari www.komikhitam.com)
Sekarang, anak- anak
dan remaja Indonesia lebih mengenal komik hasil karya seniman-seniman Jepang
daripada komikus dalam negeri. Mereka menggemari komik Jepang karena kualitas
cerita dan formatnya sangat menarik, bahkan bisa mengalahkan komik ala Walt
Disney’s Amerika di pasaran. Toko-toko dan tempat penyewaan buku dipenuhi
cerita bergambar impor dari Negeri Matahari Terbit itu. Ke depan nanti, semoga
komik Indonesia bisa berwira-wiri ke luar negeri seperti komik-komik Jepang.
* dari berbagai sumber
Tidak ada komentar:
Posting Komentar