Kamis, 27 Maret 2014

Riwayat Hidup Buya Hamka



BUYA HAMKA ( 1908 M – 1981 M )
A.Biografi
Prof. Dr. Haji Abdul Malik Karim Amrullah atau lebih dikenal dengan julukan Hamka, yakni singkatan namanya, (lahir di Maninjau, Tanjung Raya, Kabupaten Agam, Sumatera Barat, 17 Februari 1908 – meninggal di Jakarta, 24 Juli 1981 pada umur 73 tahun)[1] adalah sastrawan Indonesia, sekaligus ulama, ahli filsafat, dan aktivis politik.[2] Ia baru dinyatakan sebagai Pahlawan Nasional Indonesia setelah dikeluarkannya Keppres No. 113/TK/Tahun 2011 pada tanggal 9 November 2011.
Hamka merupakan salah satu orang Indonesia yang paling banyak menulis dan menerbitkan buku. Oleh karenanya ia dijuluki sebagai Hamzah Fansuri di era modern.[3] Belakangan ia diberikan sebutan Buya, yaitu panggilan untuk orang Minangkabau yang berasal dari kata abi atau abuya dalam bahasa Arab yang berarti ayahku atau seseorang yang dihormati.
Ayahnya adalah Haji Abdul Karim bin Amrullah, pendiri Sumatera Thawalib di Padang Panjang. Sementara ibunya adalah Siti Shafiyah Tanjung. Dalam silsilah Minangkabau, ia berasal dari suku Tanjung, sebagaimana suku ibunya.
B..Jejak Intelektual
Museum Rumah Kelahiran Buya Hamka, bangunannya merupakan rumah tempat Hamka dilahirkan. Hamka merupakan cucu dari Tuanku Kisai mendapat pendidikan rendah pada usia 7 tahun di Sekolah Dasar Maninjau selama dua tahun. Ketika usianya mencapai 10 tahun, ayahnya mendirikan Sumatera Thawalib di Padang Panjang. Di situ Hamka kemudian mempelajari agama dan mendalami bahasa Arab, salah satu pelajaran yang paling disukainya.[4] Melalui sebuah perpustakaan yang dimiliki oleh salah seorang gurunya, Engku Dt. Sinaro, bersama dengan Engku Zainuddin, Hamka diizinkan untuk membaca buku-buku yang ada diperpustakaan tersebut, baik buku agama maupun sastra.
Hamka mulai meninggalkan kampung halamannya untuk menuntut ilmu di Pulau Jawa, sekaligus ingin mengunjungi kakak iparnya, Ahmad Rasyid Sutan Mansur yang tinggal di Pekalongan, Jawa Tengah. Untuk itu, Hamka kemudian ditumpangkan dengan Marah Intan, seorang saudagar Minangkabau yang hendak ke Yogyakarta. Sesampainya di Yogyakarta, ia tidak langsung ke Pekalongan. Untuk sementara waktu, ia tinggal bersama adik ayahnya, Ja’far Amrullah di kelurahan Ngampilan, Yogyakarta. Barulah pada tahun 1925, ia berangkat ke Pekalongan, dan tinggal selama enam bulan bersama iparnya, Ahmad Rasyid Sutan Mansur.[5]
Pada tahun 1927, Hamka berangkat ke Mekkah untuk menunaikan ibadah haji. Sekembalinya dari Mekkah, dalam suatu rapat adat niniak mamak nagari Sungai Batang, kabupaten Agam, Engku Datuk Rajo Endah Nan Tuo, memaklumkan Hamka dengan gelar Datuk Indomo, yang merupakan gelar pusaka turun temurun dalam suku Tanjung. Pada tahun 1950, Hamka kembali ke Mekkah untuk menunaikan ibadah haji yang kedua kalinya.
Pada tanggal 5 April 1929, Hamka dinikahkan dengan Siti Raham binti Endah Sutan, yang merupakan anak dari salah satu saudara laki-laki ibunya. Dari perkawinannya dengan Siti Raham, ia dikaruniai 11 orang anak. Mereka antara lain Hisyam, Zaky, Rusydi, Fakhri, Azizah, Irfan, Aliyah, Fathiyah, Hilmi, Afif, dan Syakib. Setelah istrinya meninggal dunia, satu setengah tahun kemudian, tepatnya pada tahun 1973, ia menikah lagi dengan seorang perempuan bernama Hj. Siti Khadijah. Menjelang akhir hayatnya ia mengangkat Jusuf Hamka, seorang muallaf, peranakan Tionghoa-Indonesia sebagai anak.[6]
C..Karier
Hamka mula-mula bekerja sebagai guru agama di Padang Panjang pada tahun 1927. Kemudian ia mendirikan cabang Muhammadiyah di Padang Panjang dan mengetuai cabang Muhammadiyah tersebut pada tahun 1928. Pada tahun 1931, ia diundang ke Bengkalis untuk kembali mendirikan cabang Muhammadiyah. Dari sana ia melanjutkan perjalanan ke Bagansiapiapi, Labuhan Bilik, Medan, dan Tebing Tinggi, sebagai mubaligh Muhammadiyah. Pada tahun 1932 ia dipercayai oleh pimpinan Muhammadiyah sebagai mubaligh ke Makassar, Sulawesi Selatan.[7] Ketika di Makassar, sambil melaksanakan tugasnya sebagai seorang mubaligh Muhammadiyah, ia memanfaatkan masa baktinya dengan sebaik-baiknya, terutama dalam mengembangkan lebih jauh minat sejarahnya. Ia mencoba melacak beberapa manuskrip sejarawan muslim lokal. Bahkan ia menjadi peneliti pribumi pertama yang mengungkap secara luas riwayat ulama besar Sulawesi Selatan, Syeikh Muhammad Yusuf al-Makassari. Bukan itu saja, ketika di Makassar ia juga mencoba menerbitkan majalah pengetahuan Islam yang terbit sekali sebulan. Majalah tersebut diberi nama "al-Mahdi".[8]
Pada tahun 1934, Hamka meninggalkan Makassar dan kembali ke Padang Panjang, kemudian berangkat ke Medan. Di Medan—bersama M. Yunan Nasution—ia mendapat tawaran dari Haji Asbiran Ya'kub, dan Mohammad Rasami (mantan sekretaris Muhammadiyah Bengkalis) untuk memimpin majalah mingguan Pedoman Masyarakat.[9] Pada majalah ini untuk pertama kali ia memperkenalkan nama pena Hamka,[10] melalui rubrik Tasawuf modern, tulisannya telah mengikat hati para pembacanya, baik masyarakat awam maupun kaum intelektual, untuk senantiasa menantikan dan membaca setiap terbitan Pedoman Masyarakat. Pemikiran cerdas yang dituangkannya di Pedoman Masyarakat merupakan alat yang sangat banyak menjadi tali penghubung antara dirinya dengan kaum intelektual lainnya, seperti Natsir, Hatta, Agus Salim, dan Muhammad Isa Anshary.
Pada tahun 1945 Hamka kembali ke Padang Panjang. Sesampainya di Padang Panjang, ia dipercayakan untuk memimpin Kulliyatul Muballighin dan menyalurkan kemampuan jurnalistiknya dengan menghasilkan beberapa karya tulis. Di antaranya: Negara Islam, Islam dan Demokrasi, Revolusi Pikiran, Revolusi Agama, Adat Minangkabau Menghadapi Revolusi, dan Dari Lembah Cita-Cita. Pada tahun 1949, Hamka memutuskan untuk meninggalkan Padang Panjang menuju Jakarta. Di Jakarta, ia menekuni dunia jurnalistik dengan menjadi koresponden majalah Pemandangan dan Harian Merdeka. Pada tahun 1950, setalah menunaikan ibadah haji untuk kedua kalinya, Hamka melakukan kunjungan ke beberapa negara Arab. Di sana, ia dapat bertemu langsung dengan Thaha Husein dan Fikri Abadah. Sepulangnya dari kunjungan tersebut, ia mengarang beberapa buku roman. Di antaranya Mandi Cahaya di Tanah Suci, Di Lembah Sungai Nil, dan Di Tepi Sungai Dajlah. Ia kemudian mengarang karya otobiografinya, Kenang-Kenangan Hidup pada tahun 1951,[11] dan pada tahun 1952 ia mengunjungi Amerika Serikat atas undangan pemerintah setempat.[12]
C..Politik
Hamka juga aktif di kancah politik melalui Masyumi.[13] Pada Pemilu 1955, Hamka terpilih menjadi anggota konstituante mewakili Jawa Tengah. Akan tetapi pengangkatan tersebut ditolak karena merasa tempat tersebut tidak sesuai baginya. Atas desakan kakak iparnya, Ahmad Rasyid Sutan Mansur, akhirnya Hamka menerima untuk diangkat menjadi anggota konstituante. Sikapnya yang konsisten terhadap agama, menyebabkannya acapkali berhadapan dengan berbagai rintangan, terutama terhadap beberapa kebijakan pemerintah. Keteguhan sikapnya ini membuatnya dipenjarakan oleh Soekarno dari tahun 1964 sampai 1966. Pada awalnya, Hamka diasingkan ke Sukabumi, kemudian ke Puncak, Megamendung, dan terakhir dirawat di rumah sakit Persahabatan Rawamangun, sebagai tawanan. Di dalam penjara ia mulai menulis Tafsir al-Azhar yang merupakan karya ilmiah terbesarnya.[14]
Pada tahun 1977, Hamka dipilih sebagai ketua umum Majelis Ulama Indonesia yang pertama. Semasa jabatannya, Hamka mengeluarkan fatwa yang bersisi penolakan terhadap kebijakan pemerintah yang akan memberlakukan RUU Perkawinan tahun 1973, dan mengecam kebijakan diperbolehkannya merayakan Natal bersama umat Nasrani. Meskipun pemerintah mendesaknya untuk menarik kembali fatwanya tersebut dengan diiringi berbagai ancaman, Hamka tetap teguh dengan pendiriannya.[15] Akan tetapi, pada tanggal 24 Juli 1981, Hamka memutuskan untuk melepaskan jabatannya sebagai ketua umum Majelis Ulama Indonesia, karena fatwanya yang tidak kunjung dipedulikan oleh pemerintah Indonesia.[16]
D..Sastrawan
Hamka juga merupakan seorang wartawan, penulis, editor, dan penerbit. Sejak tahun 1920-an, Hamka menjadi wartawan beberapa buah surat kabar seperti Pelita Andalas, Seruan Islam, Bintang Islam, dan Seruan Muhammadiyah. Pada tahun 1928, ia menjadi editor majalah Kemajuan Masyarakat. Pada tahun 1932, ia menjadi editor dan menerbitkan majalah al-Mahdi di Makassar. Hamka juga pernah menjadi editor majalah Pedoman Masyarakat, Panji Masyarakat, dan Gema Islam.[17]
Hamka adalah seorang otodidak dalam berbagai bidang ilmu pengetahuan seperti filsafat, sastra, sejarah, sosiologi dan politik, baik Islam maupun Barat. Dengan kemahiran bahasa Arabnya yang tinggi, ia dapat menyelidiki karya ulama dan pujangga besar di Timur Tengah seperti Zaki Mubarak, Jurji Zaidan, Abbas al-Aqqad, Mustafa al-Manfaluti, dan Hussain Haikal. Melalui bahasa Arab juga, ia meneliti karya sarjana Perancis, Inggris dan Jerman seperti Albert Camus, William James, Sigmund Freud, Arnold Toynbee, Jean Paul Sartre, Karl Marx, dan Pierre Loti.
Hamka juga banyak menghasilkan karya ilmiah Islam dan karya lain seperti novel dan cerpen. Pada tahun 1928, Hamka menulis buku romannya yang pertama dalam bahasa Minang dengan judul Si Sabariah. Kemudian, ia juga menulis buku-buku lain, baik yang berbentuk roman, sejarah, biografi dan otobiografi, sosial kemasyarakatan, pemikiran dan pendidikan, teologi, tasawuf, tafsir, dan fiqih. Karya ilmiah terbesarnya adalah Tafsir al-Azhar. Di antara novel-novelnya seperti Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck, Di Bawah Lindungan Ka'bah, dan Merantau ke Deli juga menjadi perhatian umum dan menjadi buku teks sastra di Malaysia dan Singapura. Beberapa penghargaan dan anugerah juga ia terima, baik peringkat nasional maupun internasional.
Pada tahun 1959, Hamka mendapat anugerah gelar Doktor Honoris Causa dari Universitas al-Azhar, Cairo. atas jasa-jasanya dalam penyiaran agama Islam dengan menggunakan bahasa Melayu. Kemudian pada 6 Juni 1974, kembali ia memperoleh gelar kehormatan tersebut dari Universitas Nasional Malaysia pada bidang kesusasteraan, serta gelar Profesor dari Universitas Prof. Dr. Moestopo.[18]
E..Karya-Karya
Keistimewaan Pak Hamka ialah kebolehannya menulis novel dan menghasilkan kitab-kitab agama yang terkenal. Berikut buku karangan tersebut:
1)      Kenang-Kenangan Hidup, 4 Jilid, Jakarta: Bulan Bintang, 1979.
2)      Ayahku (Riwayat Hidup Dr. H. Abdul Karim Amrullah dan Perjuangannya), Jakarta: Pustaka Wijaya, 1958.
3)      Khatib al-Ummah, 3 Jilid, Padang Panjang, 1925.
4)      Islam dan Adat, Padang Panjang: Anwar Rasyid, 1929.
5)      Kepentingan Melakukan Tabligh, Padang Panjang: Anwar Rasyid, 1929.
6)      Majalah Tentera, 4 nomor, Makassar, 1932.
7)      Majalah al-Mahdi, 9 nomor, Makassar, 1932.
8)      Bohong di Dunia, cet. 1, Medan: Cerdas, 1939.
9)      Agama dan Perempuan, Medan: Cerdas, 1939.
10)  Pedoman Mubaligh Islam, cet. 1, Medan: Bukhandel Islamiah, 1941.
11)  Majalah Semangat Islam, 1943.
12)  Majalah Menara, Padang Panjang, 1946.
13)  Hikmat Isra’ Mi’raj, 1946 (tempat dan penerbit tidak diketahui).
14)  Negara Islam, 1946 (tempat dan penerbit tidak diketahui),
15)  Islam dan Demokrasi, 1946 (tempat dan penerbit tidak diketahui),
16)  Revolusi Fikiran, 1946 (tempat dan penerbit tidak diketahui),
17)  Dibandingkan Ombak Masyarakat, 1946 (tempat dan penerbit tidak diketahui),
18)  Muhammadiyah Melalui Tiga Zaman, Padang Panjang: Anwar Rasyid, 1946.
19)  Revolusi Agama, Padang Panjang: Anwar Rasyid, 1946.
20)  Sesudah Naskah Renville, 1947 (tempat dan penerbit tidak diketahui).
21)  Tinjauan Islam Ir. Soekarno, Tebing Tinggi, 1949.
22)  Pribadi, 1950 (tempat dan penerbit tidak diketahui).
23)  Falsafah Hidup, cet. 3, Jakarta: Pustaka Panji Masyarakat, 1950.
24)  Falsafah Ideologi Islam, Jakarta: Pustaka Wijaya, 1950.
25)  Urat Tunggang Pancasila, Jakarta: Keluarga, 1951.
26)  Pelajaran Agama Islam, Jakarta: Bulan Bintang, 1952.
27)  K.H. A. Dahlan, Jakarta: Sinar Pujangga, 1952.
28)  Perkembangan Tashawwuf dari Abad ke Abad, cet. 3, Jakarta: Pustaka Islam, 1957.
29)  Pribadi, Jakarta: Bulan Bintang, 1959.
30)  Pandangan Hidup Muslim, Jakarta: Bulan Bintang, 1962.
31)  Lembaga Hidup, cet. 6, Jakarta: Jayamurni, 1962 (kemudian dicetak ulang di Singapura oleh Pustaka Nasional dalam dua kali cetakan, pada tahun 1995 dan 1999).
32)  1001 Tanya Jawab tentang Islam, Jakarta: CV. Hikmat, 1962.
33)  Cemburu, Jakarta: Firma Tekad, 1962.
34)  Angkatan Baru, Jakarta: Hikmat, 1962.
35)  Ekspansi Ideologi, Jakarta: Bulan Bintang, 1963.
36)  Pengaruh Muhammad Abduh di Indonesia, Jakarta: Tintamas, 1965 (awalnya merupakan naskah yang disampakannya pada orasi ilmiah sewaktu menerima gelar Doktor Honoris Causa dari Universitas al-Azhar Mesir, pada 21 Januari 1958).
37)  Sayyid Jamaluddin al-Afghani, Jakarta: Bulan Bintang, 1965.
38)  Lembaga Hikmat, cet. 4, Jakarta: Bulan Bintang, 1966.
39)  Dari Lembah Cita-Cita, cet. 4, Jakarta: Bulan Bintang, 1967.
40)  Hak-Hak Azasi Manusia Dipandang dari Segi Islam, Jakarta: Bulan Bintang, 1968.
41)  Gerakan Pembaruan Agama (Islam) di Minangkabau, Padang: Minang Permai, 1969.
42)  Hubungan antara Agama dengan Negara menurut Islam, Jakarta: Pustaka Panjimas, 1970.
43)  Islam, Alim Ulama dan Pembangunan, Jakarta: Pusat dakwah Islam Indonesia, 1971.
44)  Islam dan Kebatinan, Jakarta: Bulan Bintang, 1972.
45)  Mengembalikan Tasawuf ke Pangkalnya, Jakarta: Pustaka Panjimas, 1973.
46)  Beberapa Tantangan terhadap Umat Islam di Masa Kini, Jakarta: Bulan Bintang, 1973.
47)  Kedudukan Perempuan dalam Islam, Jakarta: Pustaka Panjimas, 1973.
48)  Muhammadiyah di Minangkabau, Jakarta: Nurul Islam, 1974.
49)  Tanya Jawab Islam, Jilid I dan II cet. 2, Jakarta: Bulan Bintang, 1975.
50)  Studi Islam, Aqidah, Syari’ah, Ibadah, Jakarta: Yayasan Nurul Iman, 1976.
51)  Perkembangan Kebatinan di Indonesia, Jakarta: Yayasan Nurul Islam, 1976.
52)  Tasawuf, Perkembangan dan Pemurniannya, cet. 8, Jakarta: Yayasan Nurul Islam, 1980.
53)  Ghirah dan Tantangan Terhadap Islam, Jakarta: Pustaka Panjimas, 1982.
54)  Kebudayaan Islam di Indonesia, Jakarta: Pustaka Panjimas, 1982.
55)  Lembaga Budi, cet. 7, Jakarta: Pustaka Panjimas, 1983.
56)  Tasawuf Modern, cet. 9, Jakarta: Pustaka Panjimas, 1983.
57)  Doktrin Islam yang Menimbulkan Kemerdekaan dan Keberanian, Jakarta: Yayasan Idayu, 1983.
58)  Islam: Revolusi Ideologi dan Keadilan Sosial, Jakarta: Pustaka Panjimas, 1984.
59)  Iman dan Amal Shaleh, Jakarta: Pustaka Panjimas, 1984.
60)  Renungan Tasawuf, Jakarta: Pustaka Panjimas, 1985.
61)  Filsafat Ketuhanan, cet. 2, Surabaya: Karunia, 1985.
62)  Keadilan Sosial dalam Islam, Jakarta: Pustaka Antara, 1985.
63)  Tafsir al-Azhar, Juz I sampai Juz XXX, Jakarta: Pustaka Panjimas, 1986.
64)  Prinsip-prinsip dan Kebijaksanaan Dakwah Islam, Jakarta: Pustaka Panjimas, 1990.
65)  Tuntunan Puasa, Tarawih, dan Idul Fitri, Jakarta: Pustaka Panjimas, 1995.
66)  Adat Minangkabau Menghadapi Revolusi, Jakarta: Tekad, 1963.
67)  Islam dan Adat Minangkabau, Jakarta: Pustaka Panjimas, 1984.
68)  Mengembara di Lembah Nil, Jakarta: NV. Gapura, 1951.
69)  Di Tepi Sungai Dajlah, Jakarta: Tintamas, 1953.
70)  Mandi Cahaya di Tanah Suci, Jakarta: Tintamas, 1953.
71)  Empat Bulan di Amerika, 2 Jilid, Jakarta: Tintamas, 1954.
72)  Merantau ke Deli, cet. 7, Jakarta: Bulan Bintang, 1977 (ditulis pada tahun 1939).
73)  Si Sabariah (roman dalam bahasa Minangkabau), Padang Panjang: 1926.
74)  Laila Majnun, Jakarta: Balai Pustaka, 1932.
75)  Salahnya Sendiri, Medan: Cerdas, 1939.
76)  Keadilan Ilahi, Medan: Cerdas, 1940.
77)  Angkatan Baru, Medan: Cerdas, 1949.
78)  Cahaya Baru, Jakarta: Pustaka Nasional, 1950.
79)  Menunggu Beduk Berbunyi, Jakarta: Firma Pustaka Antara, 1950.
80)  Terusir, Jakarta: Firma Pustaka Antara, 1950.
81)  Di Dalam Lembah Kehidupan (kumpulan cerpen), Jakarta: Balai Pustaka, 1958.
82)  Di Bawah Lindungan Ka'bah, cet. 7, Jakarta: Balai Pustaka, 1957.
83)  Tuan Direktur, Jakarta: Jayamurni, 1961.
84)  Dijemput Mamaknya, cet. 3, Jakarta: Mega Bookstrore, 1962.
85)  Cermin Kehidupan, Jakarta: Mega Bookstrore, 1962.
86)  Tenggelamnya Kapal Van der Wijck, cet. 13, Jakarta: Bulan Bintang, 1979.
87)  Pembela Islam (Tarikh Sayyidina Abubakar Shiddiq), Medan: Pustaka Nasional, 1929.
88)  Ringkasan Tarikh Ummat Islam, Medan: Pustaka Nasional,1929.
89)  Sejarah Islam di Sumatera, Medan: Pustaka Nasional, 1950.
90)  Dari Perbendaharaan Lama, Medan: M. Arbi, 1963.
91)  Antara Fakta dan Khayal Tuanku Rao, cet. 1, Jakarta: Bulan Bintang, 1974.
92)  Sejarah Umat Islam, 4 Jilid, Jakarta: Bulan Bintang, 1975.
93)  Sullam al-Wushul; Pengantar Ushul Fiqih (terjemahan karya Dr. H. Abdul Karim Amrullah), Jakarta: Pustaka Panjimas, 1984.
94)  Margaretta Gauthier (terjemahan karya Alexandre Dumas), cet. 7, Jakarta: Bulan Bintang, 1975.[19]
Hasil tulisan beliau ini banyak memberi petunjuk dan ilham kepada para pembacanya. Malah karya-karya Almarhum Pak Hamka mampu membangkit semangat perjuangan seperti karya-karyanya dalam majalah selepas perang. Majalah Panji Masyarakat sendiri telah telah diharamkan oleh pemerintahan Sukarno dalam tahun 1960 yaitu setahun selepas penerbitannya. Bagaimanapun, majalah ini diterbitkan semula dalam pemerintahan order baru Suharto tahun 1966.
Pak Hamka pernah dipenjarakan awal tahun 1960an. Zaman pemerintahan Sukarno dan ketika komunis bermaharajalela, selain ditangkap buku-buku Almarhum ada yang dibakar. Di dalam penjara inilah, beliau melahirkan kitab Tafsir Al Azhar yang menjadi bacaan untuk umat sekarang. Penahanan batang tubuhnya dalam sangkar besi itu tidak dapat membunuh semangatnya untuk beribadah kepada Tuhannya. Penyusun pernah membaca kisah riwayat Presiden Sukarno yang penuh kontroversi itu. Dinyatakan apabila bekas Presiden itu meninggal dunia, Pak Hamka telah dijemput dan dirayu supaya mengimami sholat jenazah Sukarno. Peringkat awalnya, Almarhum agak keberatan menunaikannya kerana sikap Sukarno masa hidupnya amat dipertikaikan. Namun apabila teringat tentang sifat Allah yang Maha Pengampun untuk mengampun dosa-dosa hambaNya. Buya Hamka maju juga ke hadapan untuk mengetuai sholat jenazah itu, dikatakan saat akhir hidupnya Sukarno mulai kembali kepada fitrah mengingati penciptanya.
F..Wafatnya
Ulama istimewa ini kembali menemui Al Khaliqnya sewaktu berusia 72 tahun pada 24 Juli 1981. Almarhum mengalami serangan penyakit jantung. Dan Beliau dikebumikan di TPU tanah Kusir, Jakarta Selatan. Penyusun berharap agar paparan kisah hidup tokoh nusantara yang agung ini dapat mengimbau kembali kenangan kita terhadap Pak Hamka yang dikasihi dan kita tidak rugi apabila mengingati orang-orang yang soleh karena ia dapat mendatangkan rahmah. Rasulullah sendiri pernah bersabda: “ Sesungguhnya perbandingan ulama di bumi sepertilah bintang- bintang di langit yang boleh dijadikan panduan di dalam kegelapan di bumi dan di laut..” Golongan yang coba mengelak diri dari mendampingi ulama atau memusuhi mereka yang ikhlas untuk memandu kita di dunia ini perlulah berwaspada. Ingatlah, peringatan Allah SWT dalam Hadith Qudsi :“ Barang siapa memusuhi waliKu ( ulama), maka Aku akan mengumumkankan perang terhadapnya” ( Riwayat Al Bukhari). Beliau Adalah Tokoh Ulama Indonesia Yang dikagumi dan disegani baik oleh kawan dan lawan.[20]


[1] Hamka, Afif (2008). Buya Hamka. Uhamka Press
[2] M.D., Pandoe; Pour, J. (2010). Jernih Melihat Cermat Mencatat: Antologi Karya Jurnalistik Wartawan Senior Kompas. Penerbit Buku Kompas
[3]Kenang-Kenangan 70 Tahun Buya Hamka. Pustaka Panjimas. 12 Juni 1983.
[4] Shobahussurur (2008). Mengenang 100 Tahun Haji Abdul Malik Karim Amrullah Hamka. Yayasan Pesantren Islam Al-Azhar.
[5] Mohammad, Herry (2006). Tokoh-Tokoh Islam Yang Berpengaruh Abad 20. Gema Insani
[6] Abdurrahman, M. (2009). Bersujud Di Baitullah. Penerbit Buku Kompas
[7] Riddell, P. G. (2001). Islam And The Malay-Indonesian World: Transmission And Responses. C. Hurst & Co. Publishers
[8] Hamka (1966). Kenang-Kenangan Hidup. Kuala Lumpur: Pustaka Antara.
[9] Mohammad, Herry (2006). Tokoh-Tokoh Islam Yang Berpengaruh Abad 20. Gema Insani
[10] Zakariya, H. (2006). Islamic Reform In Colonial Malaya: Shaykh Tahir Jalaluddin And Sayyid Shaykh Al-Hadi
[11] Rodgers, Susan (1995). Telling Lives, Telling History: Autobiography And Historical Imagination In Modern Indonesia. University Of California
[12] Daneel, Inus (2005). Fullness Of Life For All - Challenges For Mission In Early 21st Century. Rodopi.
[13] Hamka (1966). Kenang-Kenangan Hidup. Kuala Lumpur: Pustaka Antara
[14] Cukup Allah Sebagai Pelindung: Kisah Hamka Di Penjara Sukabumi". Republika. 26 November 2011
[15] Hashim, Rosnani (2010). Reclaiming The Conversation: Islamic Intellectual Tradition In The Malay Archipelago. The Other Press.
[16] Hamka, Afif (2008). Buya Hamka. Uhamka Press
[17] Hamka, Rusydi (1983). Pribadi Dan Martabat Buya Prof. Hamka. Jakarta: Pustaka Panjimas.
[18] Ibid, Hamka Rusdy (1983)
[19]  Wikipedia.Org/Wiki/Haji_Abdul_Malik_Karim_Amrullah
[20] Www.2lisan.Com/3408/Biografi-Prof-Dr-Hamka-Buya.

Asal usul " BATU GANTUNG DI KOTA PARAPAT "

Pernah Tau Batu gantung dan Asal-usul Nama Kota Parapat...?

Dahulu kala, di sada huta terpencil di pinggiran Danau Toba Sumatera Utara, hiduplah sepasang suami-istri dengan seorang anak perempuannya yang cantik jelita bernama Seruni.


Selain rupawan, Seruni juga sangat rajin membantu orang tuanya bekerja di ladang. Setiap hari keluarga kecil itu mengerjakan ladang mereka yang berada di tepi Danau Toba, dan hasilnya digunakan untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari.

Suatu hari, Seruni pergi ke ladang seorang diri, karena kedua orang tuanya ada keperluan di desa tetangga. Seruni hanya ditemani oleh seekor anjing kesayangannya bernama si Toki. Sesampainya di ladang, gadis itu tidak bekerja, tetapi ia hanya duduk merenung sambil memandangi indahnya alam Danau Toba. Sepertinya ia sedang menghadapi masalah yang sulit dipecahkannya. Sementara anjingnya, si Toki, ikut duduk di sebelahnya sambil menatap wajah Seruni seakan mengetahui apa yang dipikirkan majikannya itu. Sekali-sekali anjing itu menggonggong untuk mengalihkan perhatian sang majikan, namun sang majikan tetap saja usik dengan lamunannya.

Memang beberapa hari terakhir wajah Seruni selalu tampak murung. Ia sangat sedih, karena akan dinikahkan oleh kedua orang tuanya dengan seorang pemuda yang masih saudara sepupunya. Padahal ia telah menjalin asmara dengan seorang pemuda pilihannya dan telah berjanji akan membina rumah tangga yang bahagia. Ia sangat bingung. Di satu sisi ia tidak ingin mengecewakan kedua orang tuanya, dan di sisi lain ia tidak sanggup jika harus berpisah dengan pemuda pujaan hatinya. Oleh karena merasa tidak sanggup memikul beban berat itu, ia pun mulai putus asa.

“Ya, Tuhan! Hamba sudah tidak sanggup hidup dengan beban ini,” keluh Seruni.

Beberapa saat kemudian, Seruni beranjak dari tempat duduknya. Dengan berderai air mata, ia berjalan perlahan ke arah Danau Toba. Rupanya gadis itu ingin mengakhiri hidupnya dengan melompat ke Danau Toba yang bertebing curam itu. Sementara si Toki, mengikuti majikannya dari belakang sambil menggonggong.

Dengan pikiran yang terus berkecamuk, Seruni berjalan ke arah tebing Danau Toba tanpa memerhatikan jalan yang dilaluinya. Tanpa diduga, tiba-tiba ia terperosok ke dalam lubang batu yang besar hingga masuk jauh ke dasar lubang. Batu cadas yang hitam itu membuat suasana di dalam lubang itu semakin gelap. Gadis cantik itu sangat ketakutan. Di dasar lubang yang gelap, ia merasakan dinding-dinding batu cadas itu bergerak merapat hendak menghimpitnya.

“Tolooooggg……! Tolooooggg……! Toloong aku, Toki!” terdengar suara Seruni meminta tolong kepada anjing kesayangannya.

Si Toki mengerti jika majikannya membutuhkan pertolongannya, namun ia tidak dapat berbuat apa-apa, kecuali hanya menggonggong di mulut lubang. Beberapa kali Seruni berteriak meminta tolong, namun si Toki benar-benar tidak mampu menolongnnya. Akhirnya gadis itu semakin putus asa.

“Ah, lebih baik aku mati saja daripada lama hidup menderita,” pasrah Seruni.

Dinding-dinding batu cadas itu bergerak semakin merapat.

“Parapat[2]… ! Parapat batu… Parapat!” seru Seruni menyuruh batu itu menghimpit tubuhnya..

Sementara si Toki yang mengetahui majikannya terancam bahaya terus menggonggong di mulut lubang. Merasa tidak mampu menolong sang majikan, ia pun segera berlari pulang ke rumah untuk meminta bantuan.

Sesampai di rumah majikannya, si Toki segera menghampiri orang tua Seruni yang kebetulan baru datang dari desa tetangga berjalan menuju rumahnya.

“Auggg…! auggg…! auggg…!” si Toki menggonggong sambil mencakar-cakar tanah untuk memberitahukan kepada kedua orang tua itu bahwa Seruni dalam keadaan bahaya.

“Toki…, mana Seruni? Apa yang terjadi dengannya?” tanya ayah Seruni kepada anjing itu.

“Auggg…! auggg…! auggg…!” si Toki terus menggonggong berlari mondar-mandir mengajak mereka ke suatu tempat.

“Pak, sepertinya Seruni dalam keadaan bahaya,” sahut ibu Seruni.

“Ibu benar. Si Toki mengajak kita untuk mengikutinya,” kata ayah Seruni.

“Tapi hari sudah gelap, Pak. Bagaimana kita ke sana?” kata ibu Seruni.

“Ibu siapkan obor! Aku akan mencari bantuan ke tetangga,” seru sang ayah.

Tak lama kemudian, seluruh tetangga telah berkumpul di halaman rumah ayah Seruni sambil membawa obor. Setelah itu mereka mengikuti si Toki ke tempat kejadian. Sesampainya mereka di ladang, si Toki langsung menuju ke arah mulut lubang itu. Kemudian ia menggonggong sambil mengulur-ulurkan mulutnya ke dalam lubang untuk memberitahukan kepada warga bahwa Seruni berada di dasar lubang itu.

Kedua orang tua Seruni segera mendekati mulut lubang. Alangkah terkejutnya ketika mereka melihat ada lubang batu yang cukup besar di pinggir ladang mereka. Di dalam lubang itu terdengar sayup-sayup suara seorang wanita: “Parapat… ! Parapat batu… Parapat!”

“Pak, dengar suara itu! Itukan suara anak kita! seru ibu Seruni panik.

“Benar, bu! Itu suara Seruni!” jawab sang ayah ikut panik.

“Tapi, kenapa dia berteriak: parapat, parapatlah batu?” tanya sang ibu.

“Entahlah, bu! Sepertinya ada yang tidak beres di dalam sana,” jawab sang ayah cemas.

Pak Tani itu berusaha menerangi lubang itu dengan obornya, namun dasar lubang itu sangat dalam sehingga tidak dapat ditembus oleh cahaya obor.

“Seruniii…! Seruniii… !” teriak ayah Seruni.

“Seruni…anakku! Ini ibu dan ayahmu datang untuk menolongmu!” sang ibu ikut berteriak.

Beberapa kali mereka berteriak, namun tidak mendapat jawaban dari Seruni. Hanya suara Seruni terdengar sayup-sayup yang menyuruh batu itu merapat untuk menghimpitnya.

“Parapat… ! Parapatlah batu… ! Parapatlah!”

“Seruniiii… anakku!” sekali lagi ibu Seruni berteriak sambil menangis histeris.

Warga yang hadir di tempat itu berusaha untuk membantu. Salah seorang warga mengulurkan seutastampar (tali) sampai ke dasar lubang, namun tampar itu tidak tersentuh sama sekali. Ayah Seruni semakin khawatir dengan keadaan anaknya. Ia pun memutuskan untuk menyusul putrinya terjun ke dalam lubang batu.

“Bu, pegang obor ini!” perintah sang ayah.

“Ayah mau ke mana?” tanya sang ibu.

“Aku mau menyusul Seruni ke dalam lubang,” jawabnya tegas.

“Jangan ayah, sangat berbahaya!” cegah sang ibu.

“Benar pak, lubang itu sangat dalam dan gelap,” sahut salah seorang warga.

Akhirnya ayah Seruni mengurungkan niatnya. Sesaat kemudian, tiba-tiba terdengar suara gemuruh. Bumi bergoyang dengan dahsyatnya seakan hendak kiamat. Lubang batu itu tiba-tiba menutup sendiri. Tebing-tebing di pinggir Danau Toba pun berguguran. Ayah dan ibu Seruni beserta seluruh warga berlari ke sana ke mari untuk menyelamatkan diri. Mereka meninggalkan mulut lubang batu, sehingga Seruni yang malang itu tidak dapat diselamatkan dari himpitan batu cadas.

Beberapa saat setelah gempa itu berhenti, tiba-tiba muncul sebuah batu besar yang menyerupai tubuh seorang gadis dan seolah-olah menggantung pada dinding tebing di tepi Danau Toba. Masyarakat setempat mempercayai bahwa batu itu merupakan penjelmaan Seruni yang terhimpit batucadas di dalam lubang. Oleh mereka batu itu kemudian diberi nama “Batu Gantung”.

Beberapa hari kemudian, tersiarlah berita tentang peristiwa yang menimpa gadis itu. Para warga berbondong-bondong ke tempat kejadian untuk melihat “Batu Gantung” itu. Warga yang menyaksikan peristiwa itu menceritakan kepada warga lainnya bahwa sebelum lubang itu tertutup, terdengar suara: “Parapat… parapat batu… parapatlah!”

Oleh karena kata “parapat” sering diucapkan orang dan banyak yang menceritakannya, maka Pekan yang berada di tepi Danau Toba itu kemudian diberi nama “Parapat”. Parapat kini menjadi sebuah kota kecil salah satu tujuan wisata yang sangat menarik di Provinsi Sumatera Utara, Indonesia.



Batu tersebut memang benar menggantung dibawah tebing dan tidak terjatuh. Ukurannya pun sekitar 2 meter dan menyerupai tubuh manusia.
Batu tersebut memang benar menggantung dibawah tebing dan tidak terjatuh. Ukurannya pun sekitar 2 meter dan menyerupai tubuh manusia.

Manfaat Minyak Zaitun

Minyak zaitun yang diolah dari ekstrak buah zaitun sudah dikenal lama memiliki khasiat bagi kesehatan dan kecantikan. Bahkan beberapa literasi menyebutkan bahwa minyak zaitun adalah rahasia kecantikan dari Ratu Cleopatra. Rau Mesir kuno yang terkenal ke segala penjuru dunia berkat kecantikannya.

Apa saja keistimewaan dari minyak ini sebenarnya? Minyak zaitun mengandung senyawa seperti fenol, tokoferol, sterol, pigmen, dan squalene, yang memegang peran penting bagi kesehatan.

Minyak buah zaitun juga mengandung triasilgliserol yang sebagian besar berupa asam lemak tak jenuh tunggal jenis asam oleat (omega-9). Kandungan asam oleat, 55-83 persen dari total asam lemak. Karena asam oleat merupakan asam lemak tak jenuh tunggal, risiko teroksidasi lebih rendah daripada asam linoleat (omega-6) dan linolenat (omega-3).


Manfaat Minyak Zaitun untuk Kecantikan


Mempercantik dan melangsingkan tubuh
Hasil riset yang dimuat di The British Journal of Nutrition menyebutkan, penggunaan minyak zaitun untuk menggantikan minyak jenuh selama empat minggu, tanpa mengubah pola makan, mampu mengurangi berat badan hingga 2-3 kg. Penelitian lain menyebutkan, minyak zaitun dapat memecah sel adiposit penyebab obesitas. Extra virgin olive oil direkomendasikan untuk menggantikan diet minyak lemak jenuh yang sering dikonsumsi.

Menjaga kesehatan kulit
Selain sebagai antikanker, minyak zaitun juga mengandung banyak vitamin E yang sangat berguna untuk menjaga elastisitas kulit. Dengan mengonsumsi minyak zaitun, secara tidak langsung kulit akan terasa lebih kencang, halus, dan sehat.

Merawat Kulit
Di samping itu, minyak zaitun juga berguna untuk melembapkan kulit kering saat digunakan sebagai masker. Manfaat lain yaitu dapat melindungi kulit dari pengaruh buruk sinar matahari jika dioleskan.

Konon, para ratu dan putri di zaman Yunani kuno menggunakan minyak zaitun dalam ritual kecantikan mereka. Sebabnya, minyak ini terbukti berkhasiat menjadikan kulit halus dan terlihat lebih muda. Bahkan, kandungan minyak jenuh tunggal di dalamnya sangat bermanfaat dalam menghilangkan noda hitam pada kulit.

Mengatasi Wajah Berminyak
Ambil sedikit bubuk cendana dan tambahkan beberapa tetes minyak zaitun. Campur dan oleskan pada masker wajah dan biarkan selama 7-10 menit. Bilas dengan air dingin. Ini adalah resep minyak zaitun yang ideal untuk kulit berminyak.

Menghilangkan flek di wajah
Oleskan minyak zaitun pada wajah dan leher. Biarkan selama 4-5 menit dan kemudian uapkan. Hal ini akan membuka pori-pori kulit dan membersihkan kulit secara alami. Hal ini juga efektif untuk menyingkirkan flek matahari yang terdapat pada kulit wajah.

Manfaat Minyak Zaitun untuk Rambut


Minyak zaitun yang kaya vitamin E ini bermanfaat untuk memelihara dan membuat rambut berkilau. Anda pun dapat melakukan perawatan dengan menggunakan minyak zaitun di rumah.

Perawatan Rambut
Campurkan minyak zaitun dan madu dalam jumlah yang sama ke dalam mangkuk. Oleskan ke rambut Anda dari akar hingga ke ujung rambut. Gulung dan tutup rambut dengan kain, handuk, atau shower cap. Diamkan selama 10 menit, bilas dengan air.

Mengembangkan rambut
Kocok dua butir telur dan secangkir penuh minyak zaintun selama dua menit atau lebih hingga lembut. Oleskan dari akar hingga ujung rambut. Diamkan sekitar 10 menit dan cuci. Rambut Anda akan bervolume, mengembang, dan berkilau.

Merawat rambut rusak
Tambahkan kelopak bunga mawar atau ektrak melati dalam minyak zaitun. Simpan dalam botol tertutup selama sedikitnya 24 jam. Usapkan rambut Anda dengan air panas untuk membuka pori-pori kulit kepala. Oleskan minyak zaitun ke kulit kepala, pijat selama beberap menit.

Memanjangkan rambut
Jika Anda ingin mempunyai rambut panjang yang indah, haluskan biji lemon dan lada, kemudian campurkan dua sendok makan minyak zaitun. Oleskan pada kulit kepala. Biarkan selama 20 menit dan cuci dengan sampo.

Khasiat Minyak Zaitun untuk Kesehatan


Memangkas risiko penyakit jantung
Minyak zaitun terbukti memperlancar aliran darah, menurunkan tekanan darah, dan mengatur kolesterol dengan cara menekan jenis kolesterol jahat dan mempertahankan yang baik - menjaga kesehatan jantung dan mencegah stroke telah terbukti secara ilmiah. Sebuah studi menyebutkan, pasien berusia 64-71 tahun menunjukkan penurunan total kolesterol setelah diberi dua sendok makan minyak zaitun setiap hari.

Mencegah kanker
Para peneliti di Copenhagen University Hospital di Denmark menemukan bahwa minyak zaitun mereduksi kerusakan sel yang memicu pertumbuhan kanker.

Mengusir nyeri sendi
Minyak zaitun mendorong produksi zat prostaglandin, suatu zat pencegah pembengkakan dan nyeri.

Menangkal osteoporosis
Berdasarkan publikasi dalam The British Journal of Nutrition, minyak zaitun membantu mencegah osteoporosis, meskipun tidak memulihkan berat tulang yang hilang seluruhnya.

Menurunkan kadar gula darah
Karena dapat memangkas kolesterol jahat, otomatis akan membantu menurunkan risiko berkembangnya penyakit gula dan menurunkan tingkat gula dalam darah.

Menangkal radikal bebas
Minyak zaitun mengandung aktioksidan-polifenol. Zat ini dapat membantu tubuh dalam detoksifitkasi molekul yang tidak seimbang sehingga ampuh dalam menangkal radikal bebas.

Sebenarnya masih banyak lagi manfaat minyak zaitun yang bisa diungkap. Namun apa yang sudah dijelaskan diatas lebih dari cukup untuk mulai menggunakan minyak ini.

LIRIK LAGU Katy Perry - Unconditionally

[Verse 1]
Oh no, did I get too close?
Oh, did I almost see what's really on the inside?
All your insecurities
All the dirty laundry
Never made me blink one time

[Chorus]
Unconditional, unconditionally
I will love you unconditionally
There is no fear now
Let go and just be free
I will love you unconditionally

[Verse 2]
Come just as you are to me
Don't need apologies
Know that you are unworthy
I'll take your bad days with your good
Walk through this storm I would
I'd do it all because I love you, I love you

[Chorus]
Unconditional, unconditionally
I will love you unconditionally
There is no fear now
Let go and just be free
I will love you unconditionally

[Middle 8]
So open up your heart and just let it begin
Open up your heart, and just let it begin
Open up your heart, and just let it begin
Open up your heart
Acceptance is the key to be
To be truly free
Will you do the same for me?

[Chorus]
Unconditional, unconditionally
I will love you unconditionally
And there is no fear now
Let go and just be free
'Cause I will love you unconditionally (oh yeah)

I will love you
I will love you
I will love you unconditionally

Struktur Organisasi

Struktur Organisasi adalah susunan dan hubungan-hubungan antar komponen bagian-bagian dan posisi-posisi dalam suatu perusahaan ,sedangkan disetiap komponen dari organisasi tersebut adalah saling tergantung,yang apabila setiap bagian dapat dikeloladengan baik maka organisasi tersebutpun akan ikut membaik.sedangkan

Pengorganisasian (Organizing) adalah proses pengaturan sumber daya organisasi untuk mencapai tujuan yang diinginkan dengan memperhatikan lingkungan yang ada.hal ini akan sangat mempengaruhi dalam kelancaran atau kesejahteraan organisasi
tersebut,lingkunan adalah faktor yang sangat mempengaruhi.tentu dalam tujuan sebuah organisasi yang baik tidak akan mengorbankan lingkungan sekitar demi kepentingan organisasinya semata.
Menurut Keith Davis ada 6 bagan bentuk struktur organisasi yaitu :

1. Bentuk Vertikal
2. Bentuk Mendatar / horizontal
3. Bentuk Lingkaran / circular
4. Bentuk Setengah lingkaran / semi Sircular
5. Bentuk Elliptical
6. Bentuk Piramida terbalik (Invented Piramid)
Bagan organisasi adalah suatu upaya dengan tulisan atau lisan untuk menunjukan tingkatan organisasi.
1. Bagan mendatar ialah bentuk bagan organisasi yang saluran wewenangnya dari pucuk pimpinan sampai dengan satuan organisasi atau pejabat yang terendah disusun dari kiri kea rah kanan atau sebaliknya.

2. Bagan Lingkaran ialah bentuk bagan organisasi yang saluran wewenangnya dari pucuk pimpinana sampai dengan satuan organisasi atau pejabat yang terendah disusun dari pusat lingkaran ke aarah bidang lingkaran.


3. Bagan Setengah lingkaran ialah bentuk bagan organisasi yang saluran wewenang dari pucuk pimpinan sampai dengan satuan organisasi atau pejabat yang terendah disusun dari pusat lingkaran kea rah bidang bawah lingkaran atau sebaliknya.
4. Bagan Elips ialah bentuk bagan satuan organisasi yang saluran wewenangnya dari pucuk pimpinan sampai dengan satuan organisasi atau pejabat yang terendah disusun dari pusat Elips kea rah bidang elips
Setiap bentuk bagan organisasi yang ada menggambarkannya dapat dibalik, kecuali bagan lingkaran, bagan elips dan bagan sinar. Bagan pyramid dapat disusun dari bawah kea rah atas, bagan mendatar dapat disusun dari kanan kea rah kiri, bagan menegak (Vertikal) dapat disusun dari bawah ke atas, bagan setengah lingkaran dapat di susun dari pusat lingkaran ke arah bidang atas lingkaran, bagan setengah elips dapat disusun dari pusat elip kea rah bidang atas elip. Dalam bagan lingkaran, bagan elip dapat pula digambar satuan organisasi atau pejabat yang lebih rendah kedudukannya terletak di atas, tetapi ini semua tidak mengubah jenjang ataupun kedudukan yang sesungguhnya.
Hal ini dikemukakan pula oleh Keith Davis sebagai berikut ;
“Perubahan-perubahan penggambaran bagan kadang-kadang diterima untuk menggalakan pertalian kedudukan atasan bawahan dari kebiasaan bagan-bagan organisasi, tetapi perubahan-perubahan ini tidak mengubah keadaan kedudukan yang sebenarnya. Termasuk di dalamnya perubahan-perubahan bagan mendatar, lingkaran, setengah lingkaran, elips dan piramida terbalik.”

Tipe atau Bentuk Organisasi

Tipe atau Bentuk Organisasi

Dalam perkembangan untuk saat ini pada pokoknya ada 6 bentuk organisasi yang perlu diperhatikan. Bentuk organisasi tersebut adalah:
1. ORGANISASI LINI (LINE ORGANIZATION)
  • Diciptakan oleh Henry Fayol, Organisasi lini adalah suatu bentuk organisasi yang menghubungkan langsung secara vertical antara atasan dengan bawahan, sejak dari pimpinan tertinggi sampai dengan jabatan-jabatan yang terendah, antara eselon satu dengan eselon yang lain masing-masing dihubungkan dengan garis wewenang atau komando. Organisasi ini sering disebut dengan organisasi militer. Organisasi Lini hanya tepat dipakai dalam organisasi kecil. Contohnya; Perbengkelan, Kedai Nasi, Warteg, Rukun tetangga.

Memiliki ciri-ciri:
  • Hubungan antara atasan dan bawahan masih bersifat langsung dengan satu garis wewenang
  • Jumlah karyawan sedikit
  • Pemilik modal merupakan pemimpin tertinggi
  • Belum terdapat spesialisasi
  • Masing-masing kepala unit mempunyai wewenang & tanggung jawab penuh atas segala bidang pekerjaan
  • Struktur organisasi sederhana dan stabil
  • Organisasi tipe garis biasanya organisasi kecil
  • Disiplin mudah dipelihara (dipertahankan)

Keuntungan-keuntungan penggunaan organisasi tipe garis adalah :
  • Ada kesatuan komando yang terjamin dengan baik
  • Disiplin pegawai tinggi dan mudah dipelihara (dipertahankan)
  • Koordinasi lebih mudah dilaksanakan
  • Proses pengambilan keputusan dan instruksi-instruksi dapat berjalan cepat
  • Garis kepemimpinan tegas, tidak simpang siur, karena pimpinan langsung berhubungan dengan bawahannya sehingga semua perintah dapat dimengerti dan dilaksanakan
  • Rasa solidaritas pegawai biasanya tinggi
  • Pengendalian mudah dilaksanakan dengan cepat
  • Tersedianya kesempatan baik untuk latihan bagi pengembangan bakat-bakat pimpinan.
  • Adanya penghematan biaya
  • Pengawasan berjalan efektif

Kelemahan-kelemahan organisasi garis :
  • Tujuan dan keinginan pribadi pimpinan seringkali sulit dibedakan dengan tujuan organisasi
  • Pembebanan yang berat dari pejabat pimpinan , karena dipegang sendiri
  • Adanya kecenderungan pimpinan bertindak secara otoriter/diktaktor, cenderung bersikap kaku (tidak fleksibel).
  • Kesempatan pegawai untuk berkembang agak terbatas karena sukar untuk mengabil inisiatif sendiri
  • Organisasi terlalu tergantung kepada satu orang, yaitu pimpinan
  • Kurang tersedianya saf ahli

Contoh bagan Organisasi Lini :
Organisasi Lini
Organisasi Lini

2. ORGANISASI LINI DAN STAF (LINE AND STAFF ORG)
  • Merupakan kombinasi dari organisasi lini, asaz komando dipertahankan tetapi dalam kelancaran tugas pemimpin dibantu oleh para staff, dimana staff berperan memberi masukan, bantuan pikiranm saran-saran, data informasi yang dibutuhkan:

Memiliki ciri-ciri:
  • Hubungan atasan dan bawahan tidak bersifat langsung
  • Pucuk pimpinan hanya satu orang dibantu staff
  • Terdapat 2 kelompok wewenang yaitu lini dan staff
  • Jumlah karyawan banyak
  • Organisasi besar, bersifat komplek
  • Adanya spesialisasi

Keuntungan penggunaan bentuk organisasi garis dan staf:
  1. Asas kesatuan komando tetap ada. Pimpinan tetap dalam satu tangan.
  2. Adanya tugas yang jelas antara pimpian staf dan pelaksana
  3. Tipe organisasi garis dan staf fleksibel (luwes) karena dapat ditempatkan pada organisasi besar maupun kecil.
  4. Pengembalian keputusan relatif mudah, karena mendapat bantuan/sumbangn pemikiran dari staf.
  5. Koordinasi mudah dilakukan, karena ada pembagian tugas yang jelas.
  6. Disiplin dan moral pegawai biasanya tinggi, karena tugas sesuai dengan spesialisasinya
  7. Bakat pegawai dapat berkembang sesuai dengan spesialisasinya.
  8. Diperoleh manfaat yang besar bagi para ahli

Kelemahan-kelemahan dari bentuk Organisasi garis dan staf:
  1. Kelompok pelaksana terkadang bingung untuk membedakan perintah dan bantuan nasihat
  2. Solidaritas pegawai kurang, karena adanya pegawai yang tidak saling mengenal
  3. Sering terjadi persaingan tidak sehat, karena masing-masing menganggap tugas yang dilaksanakannyalah yang penting
  4. Pimpinan lini mengabaikan advis staf
  5. Apabila tugas dan tanggung jawab dalam berbagai kerja antara pelajat garis dan staf tidak tegas, maka akan menimbulkan kekacauan dalam menjalankan wewenang
  6. Penggunaan staf ahli bisa menambah pembebanan biaya yang besar
  7. Kemungkinan pimpinan staf melampaui kewenangan stafnya sehingga menimbulkan ketidaksenangan pegawai lini
  8. Kemungkinan akan terdapat perbedaan interpretasi antara orang lini dan staf dalam kebijakan dan tugas-tugas yang diberikan sehingga menimbulkan permasalahan menjadi kompleks.

Contoh bagan organisasi garis dan staf :
Organisasi Garis dan Staff
Organisasi Garis dan Staff

3. ORGANISASI FUNGSIONAL (FUNCTIONAL ORG)
  • Diciptakan oleh Frederick W. Taylor, Organisasi ini disusun berdasarkan sifat dan macam pekerjaan yang harus dilakukan, masalah pembagian kerja merupakan masalah yang menjadi perhatian yang sungguh-sungguh.

Memiliki ciri-ciri:
  • Pembidangan tugas secara tegas dan jelas dapat dibedakan
  • Bawahan akan menerima perintah dari beberapa atasan
  • Pekerjaan lebih banyak bersifat teknis
  • Target-target jelas dan pasti
  • Pengawasan ketat
  • Penempatan jabatan berdasarkan spesialisasi

Keuntungan-keuntungan menggunakan organisasdi fungsional :
  1. Spesialisasi dapat dilakukan secara optimal
  2. Para pegawai bekerja sesuai ketrampilannya masing-masing
  3. Produktivitas dan efisiensi dapat ditingkatkan
  4. Koordinasi menyeluruh bisa dilaksanakan pada eselon atas, sehingga berjalan lancar dan tertib
  5. Solidaritas, loyalitas, dan disiplin karyawan yang menjalankan fungsi yang sama biasanya cukup tinggi.
  6. Pembidangan tugas menjadi jelas

Kelemahan-kelemahan organisasi fungsional:
  1. Pekerjaan seringkali sangat membosankan
  2. Sulit mengadakan perpindahan karyawan/pegawai dari satu bagian ke bagian lain karena pegawai hanya memperhatikan bidang spesialisasi sendiri saja
  3. Sering ada pegawai yang mementingkan bidangnya sendiri, sehingga koordinasi menyeluruh sulit dan sukar dilakukan

Contoh Bagan Organisasi Bentuk Fungsional
Organisasi Bentuk Fungsional
Organisasi Bentuk Fungsional

4. ORGANISASI LINI & FUNGSIONAL (LINE & FUNCTIONAL ORG)
  • Suatu bentuk organisasi dimana wewenang dari pimpinan tertinggi dilimpahkan kepada perkepala unit dibawahnya dalam bidang pekerjaan tertentu dan selanjutnya pimpinan tertinggi tadi masih melimpahkan wewenang kepada pejabat fungsional yang melaksanakan bidang pekerjaan operasional dan hasil tugasnya diserahkan kepada kepala unit terdahulu tanpa memandang eselon atau tingkatan.

Memiliki ciri-ciri:
  • Tidak tampak adanya perbedaan tugas-tugas pokok dan tugas-tugas yang bersifat bantuan.
  • Terdapat spesialisasi yang maksimal
  • Tidak ditonjolkan perbedaan tingkatan dalam pemabagian kerja

Kebaikan organisasi Lini dan fungsional :
  1. Solodaritas tinggi
  2. Disiplin tinggi
  3. Produktifitas tinggi karena spesialisasi dilaksanakan maksimal
  4. Pekerjaan – pekerjaan yang tidak rutin atau teknis tidak dikerjakan

Sedangkan keburukannya adalah :
  1. Kurang fleksibel dan tour of duty
  2. Pejabat fungsional akan mengalami kebingungan karena dikoordinasikan oleh lebih dari satu orang
  3. Spesiaisasi memberikan kejenuhan

Contoh bagan organisasi Lini dan Fungsional
Organisasi Lini dan Fungsional
Organisasi Lini dan Fungsional

5. ORGANISASI LINI, FUNGSIONAL DAN STAF (LINE, FUNCTIONAL AND STAFF ORG)
  • Organisasi ini merupakan perkembangan lebih lanjut dari organisasi berbentuk lini dan fungsional.

Memiliki ciri-ciri:
  1. Organisasi besar dan kadang sangat ruwet
  2. Jumlah karyawan banyak.
  3. Mempunyai 3 unsur karyawan pokok:
    • Karyawan dengan tugas pokok (line personal)
    • Karyawan dengan tugas bantuan (staff personal)
    • Karyawan dengan tugas operasional fungsional (functional group)

6. ORGANISASI KOMITE (COMMITE ORG)
  • Suatu organisasi dimana tugas kepemimpinan dan tugas tertentu lainnya dilaksakan secara kolektif.

Organisasi komite terdiri dari :
  1. Executive Committee ( Pimpinan Komite), yaitu para anggotanya mempunyai wewenang lini
  2. Staff Committee, yaitu orang – orang yang hanya mempunyai wewenang staf

Memiliki ciri-ciri :
  • Adanya dewan dimana anggota bertindak secara kolektif
  • Adanya hak, wewenang dan tanggung jawab sama dari masing-masing anggota dewan.
  • Asas musyawarah sangat ditonjolkan
  • Organisasinya besar & Struktur tidak sederhana
  • Biasannya bergerak dibidang perbankan, asuransi, niaga.

Kebaikan Organisasi komite :
  1. Pelaksanaan decision making berlangsung baik karena terjadi musyawarah dengan pemegang saham maupun dewan
  2. Kepemimpinan yang bersifat otokratis yang sangat kecil
  3. Dengan adanya tour of duty maka pengembangan karier terjamin

Sedangkan keburukannya :
  1. Proses decision making sangat lambat
  2. Biaya operasional rutin sangat tinggi
  3. Kalau ada masalah sering kali terjadi penghindaran siapa yang bertanggung jawab